Kamis, 22 Juni 2017

Sistem Klasifikasi Perpustakaan: DDC, UDC, dan LCC

Assalamua'laikum Wr.Wb 💗
Ini posting-an Fella kedua setelah "Apa sih Perpustakaan?"
Ingatkan? Sudah baca posting-an pertama?? hehe...
Anggap sebagai pengenalan dan pemanasan sebelum ke tema materi selanjutnyaa 😋😋
Sekarang Fella mau bahas tentang sistem klasifikasi di Perpustakaan niih. Secara sadar maupun enggak, jika kalian ke Perpustakaan mencari buku pastinya ketemu sama yang namanya nomor klasifikasi hahaha. Seperti ini nih gambar nomor klasifikasi:

Sumber: Dokumentasi Penulis (2017)

Yuuk kenalan sama sistem klasifikasi Perpustakaan, cuuuusss!!! 💃 💨💨
Sistem klasifikasi pada Perpustakaan, umumnya berfungsi guna memfasilitasi pemustaka dengan akses subjek yang memungkinkan mereka untuk mencari tahu karya atau dokumen yang ingin dicari di Perpustakaan pada subjek tertentu. Klasifikasi juga mengandung informasi tentang lokasi sumber informasi yang ditempatkan di sebuah Perpustakaan looo. Gimana paham? lanjut? Oke,

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
-----------------------------------------------------------------------------------
Klasifikasi itu merupakan proses pengelompokan yang sistematis. Yang terdiri dari sejumlah objek, gagasan, atau buku ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Di dalam klasifikasi ini, bahan pustaka digunakan sebagai penggolongan berdasarkan beberapa ciri tertentu, seperti pemisahan surat kabar, majalah, piringan hitam, microfilm, dan slides. Penggolongan berdasarkan penggunaan bahan pustaka seperti koleksi referensi, dipisahkan dari koleksi buku lain, koleksi buku kanak-kanak, atau buku bacaan lain. Jadi intinya tuh, nomor klasifikasi ini ada jalur-jalurnya sendiri sesuai dengan ciri-ciri kesamaannya 💛 Contohnya pada klasifikasi DDC ada sepuluh main kelas, dan untuk 000 ilmu komputer, informasi & karya umum, 100 Filsafat & psikologi, 200 Agama, dan seterusnya 💃💨💨

Penggunaan klasifikasi di Perpustakaan itu sebenarnya tidak diharuskan menggunakan satu jenis klasifikasi. Semua tergantung kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi Perpustakaan yang ada. Dilihat dari jumlah koleksi, seberapa besar Perpustakaannya, atau bahkan subjek-subjek yang ada di sebuah Perpustakaan. Subjek itu bisa beririsan dalam sebuah buku karena terkadang tema pembahasan dalam sebuah buku sangat luas dan berimbang antara satu tema dengan tema lainnya, maka ia bisa memiliki lebih dari satu tema. Bila ternyata dianggap tidak ada sistem yang cocok, bisa saja membuat sistem klasifikasi sendiri. Jadi intinya teman-teman, yang penting prinsipnya dapat memudahkan temu kembali sebuah koleksi. Sistem klasifikasi Perpustakaan itu macemnya ada DDC, UDC, dan LCC 💁
Pasti bingungkan apa sih DDC, UDC,LCC dan blaa blaa blaaa hahaa. Kita bahas satu-satu. sepakat? Oke yuuukkk 🙆🙆

a. DDC (Dewey Decimal Classification)
DDC merupakan bagan klasifikasi yang paling banyak digunakan oleh Perpustakaan dunia dan termasuk Perpustakaan Indonesia loo. DDC juga merupakan bagan klasifikasi yang menganut prinsip desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. DDC ini menggunakan notasi murni berdasarkan angka Arab. Seperti yang telah Fella jelaskan di awal, dan Mary Mortimer (2007:5.8) DDC ini dibagi ke sepuluh kelas utama/ main utama yang diberi kode/ lambang/ notasi dari 000 hingga 900 👍
Pembagian sepuluh kelas utama yakni:
000 karya umum, 100 filsafat dan psikologi, 200 agama,
300 ilmu-ilmu sosial, 400 bahasa, 500 ilmu-ilmu murni,
600 ilmu-ilmu terapan, 700 kesenian, 800 kesusastraan,
900 geografi dan sejarah umum.
Setelah inipun tiap kelas utama tersebut akan diperluas lagi, sesuai dengan ciri-ciri kesamaannya. Contohnya untuk kelas 300 ilmu-ilmu sosial:
310 statistik umum, 320 ilmu politik,
330 ilmu ekonomi, 340 hukum,
350 administrasi negara ilmu pengetahuan kemiliteran,
360 masalah-masalah sosial, pelayanan sosial, asosiasi,
370 pendidikan, 380 perdagangan, komunikasi, pengangkutan,
390 adat istiadat, dan etiket.
SubKelas di ataspun juga masih dapat diperinci lebih luas menjadi 10 lagi lo, haha....
Contoh nih:
370 pendidikan, 371 hal-hal umum tentang pendidikan, 372 pendidikan dasar, 373 pendidikan lanjutan dan begitu seterusnya...

Jadi, pada DDC ini memang memungkinkan pembagian subdivisi yang lebih luas, lebih spesifik, dan lebih terinci dengan menambahkan notasi desimalnya. Titik desimal selalu diperlukan pada digit ketiga dan sesudahnya tidak perlu ditambah titik.
Setelah titik, perluasan notasi dapat dilakukan. Notasi pada DDC tidak pernah berakhir dengan nol sesudah titik desimal karena apa? Ya karena nol terminal sesudah titik desimal tidak ada nilai aritmatikanya 👍👍
Selain bagan lengkap, Mary Mortimer (2007:5.13) DDC juga mempunyai 6 buah tabel pembantu (Auziliary Table) yakni tabel 1 subdivisi standar, tabel 2 wilayah, tabel 3 subdivisi untuk sastra, tabel 4 divisi bahasa, tabel 5 ras, bangsa, kelompok etnis, tabel 6 bahasa 💣
Gimana teman-teman? Paham atau bingung? 😎😎 Komentar ya kalau ada pertanyaan, yuk lanjut....
Jadi nih, bahasan di atas diketahui bahwa salah satu kriteria dari klasifikasi itu mempunyai indeks yang berfungsi menunjang semua topik-topik yang tersusun secara sistematik dalam bagan klasifikasi serta menunjukkan semua aspek yang berhubungan dari satu subjek yang tersebar dalam bagan klasifikasi.

b. UDC (Universal Decimal Classification)
Sistem klasifikasi UDC merupakan salah satu sistem penggolongan ilmu pengetahuan yang di gunakan di dunia Perpustakaan yang sifatnya universal dan dalam bentuk kelas-kelas, atas dasar pembagian Perpustakaan. Atau bisa dikatakan sebagai bagan klasifikasi seluruh ilmu pengetahuan manusia.
UDC ini juga dapat digunakan mengelompokkan ilmu pengetahuan terekam, katalog, indeks, dan karya lain seperti literatur. Sistem klasifikasi UDC merupakan adaptasi dari Dewey Decimal Classification (DDC) tetapi menggunakan tanda untuk mengidentifikasi aspek-aspek khusus dari subjek dan hubungan antar subjek.
UDC juga biasa disebut klasifikasi persepuluh universal, yang di desain untuk pengindeksan subjek tentang semua cabang kepustakaan dengan mengkhususkan kelas menggunakan notasi persepuluhan👍 👍
Divisi subjek yang lebih luas sama dengan notasi DDC, namun pada notasi perinciannya UDC menggunakan alat penyatu (sintesis).
Jadi gini man teman, pembagian kelas utama di UDC tidak jauh berbeda dari DDC loo. Dalam subdivisi subjeknya, dimulai dari umum ke khusus. Nah, makin ke khusus subjeknya semakin paaaanjang notasinya. Dapat disimpulkan nih, kalau sistem klasifikasi UDC ini menggunakan notasi angka sama seperti DDC dan akan dibagi menjadi 10 kelas utama, yang mana setiap kelasnya mendapat satu notasi hehe 👍
Prinsip dasar klasifikasi UDC, Fella rangkum ada tiga seperti:
  • Mendasarkan klasifikasi pada analisis isi gagasan sehingga saling berkaitan
  • UDC sebagai sistem klasifikasi menyeluruh
  • UDC sebagai sistem klasifikasi yang dibentuk karena prinsip dari umum ke khusus
c. LCC (Library of Congress Classification)
Sistem klasifikasi LCC menggunakan kode huruf dalam menunjukkan subjek tertentu dan sistem klasifikasi ini tegas membagi bidang-bidang ilmu pengetahuan, dan bersifat mengelompokkan dengan menggunakan simbol-simbol kombinasi huruf latin dan angka Arab.
Jadi dapat dikatakan bahwa klasifikasi ini tersusun atas huruf dan angka sebagai simbol dasar urutan abjad. Nomor kelas LCC selalu di awali dengan huruf (alfabet) yang mengidentifikasi subjek, sedangkan nomor kelas berfungsi sebagai kode lokasi.
Untuk mengklasifikasikan koleksi dengan menggunakan sistem klasifikasi LCC, langkah-langkahnya sebagai berikut:
  • Menentukan subjek dan lihat judul subjek
  • Menulis kata kunci yang mewakili subjek
  • Memilih bagan (schedules) yang relevan
  • Menggunakan indeks dalam abgan sebagai titik awalnya
  • Melihat badan untuk memilih nomor
  • Menetapkan nomor cutter (untuk penulis, judul, wilayah, geografis, dan topik)
  • Menambah tanggal publikasi
  • Memeriksa daftar rak, lalu disesuaikan sehingga dapat ditata di rak
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
-----------------------------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka
Mary Mortimer, “Learn Dewey Decimal Classification,” Total Recall Publications, ed. 1, 2007, 14. http://en.bookfi.net/book/1173152 (diakses 22 Oktober, 2016). 

Selasa, 20 Juni 2017

Apa sih Perpustakaan??



Assalamua'laikum Wr. Wb 💗
Hai teman-teman perkenalan diri dulu deh ya, karena kata pepatah tak kenal maka tak sayang wkwk. Lanjut, namaku Fella Rizka Nurillita. Biasa di panggil Fella, sekarang lagi menempuh pendidikan di Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta semester 2. Fella mengambil konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, ini masuk ke dalam program studi Interdisiplinary Islamic Studies. Dulu waktu S1, Fella kuliah di Malang. Tepatnya di Universitas Brawijaya mengambil program studi yang sama yakni Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Oke, gimana? Cukup?? Yuuk mari...😊

Sedikit cerita dulu, ini posting-an pertama saya. Di sini saya bukan untuk menggurui atau meninggikan ilmu yang saya miliki. Tetapi saya hanya ingin berbagi ilmu pengetahuan yang saya pelajari dan ketahui. Karena di sini kita sama-sama belajar, jadi jika terjadi kesalahan atau kekurangan mohon di ingatkan dan di diskusikan bersama hahaha. Oke, tanpa basa basi.

Di sini Fella ingin bertanya kepada teman-teman sekalian. Kalian tau Perpustakaan kan? Apa sih perpustakaan itu? Kalian pernah kan ke Perpustakaan? Seminggu berapa kali ke Perpustakaan? Atau sebulan berapa kali? Setahun deh? Hehe, hayooo berapa kali kalian pernah ke Perpustakaan. Ini bukan hanya sekedar lewat doang loo. Tetapi masuk ke Perpustakaan, memilih buku, membaca di tempat atau bahkan meminjam buku dari Perpustakaan 😄😄
Perpustakaan mana sih yang sering kalian kunjungi? Perpustakaan sekolah? Perpustakaan umum? Perpustakaan Perguruan Tinggi atau kah Perpustakaan Khusus contohnya Perpustakaan di sebuah Departemen, Lembaga Negara, Lembaga Penelitian seperti Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI? Hehe, yang mana nih yang pernah kalian kunjungi?
Terus ngapain aja kalian di Perpustakaan, apakah karena kalian ingin meminjam buku? membaca buku? mengerjakan tugas? mencari jurnal elektronik? atau kah numpang mencari wifi? hahaha...

Kenapa sih Fella nanya panjang lebar gini? Penting atau gak sih?
Oke, Fella sebenarnya ingin mengetahui apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata "Perpustakaan" sederhana sih, itu ajah!! 😜
Perpustakaan itu penting loo untuk menunjang proses belajar kita, karena Perpustakaan merupakan sumber informasi. Bayangin deh, jika sehari kita tidak mendapatkan informasi. Apa jadinya coba, pasti kita blank dan linglung. Contoh kecilnya nih, grup Whatsapp kalian ngasih informasi berupa pesan tentang adanya libur kuliah karena dosen berhalangan hadir. Tapi kalian gak nge-check grup Whatsapp tersebut. Pastinya kalian ke kampus tanpa tau apa-apa dong ya hehe. Tiba di kelas, eh tau nya kosong 😖 *curhat
Perpustakaan menurut Fella merupakan suatu ruangan, gedung/ bangunan di mana terdapat tersimpan koleksi-koleksi yang biasanya di atur secara sistematis dan koleksi tersebut nantinya akan digunakan oleh pemustaka sebagai sumber informasi. Koleksi di sini tidak hanya berupa cetak saja lo, tetapi juga berupa digital.
Kalau kata Prof. Dr. Sulistyo Basuki di awal perkuliahannya pada tanggal 15 Oktober 2016 dengan mata kuliah Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Sosial Budaya. Perpustakaan itu bagai sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, menyatakan Perpustakaan adalah institusi pengelola karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam yang secara profesional dengan menggunakan sistem baku untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi bagi para pemustaka.
Kalau menurut teman-teman, apa sih Perpustakaan???? 😁😁😁💗